Anak Muntah, Apa yang Harus Dilakukan?

Anak Muntah, Apa yang Harus Dilakukan?
Credit: Freepik

Bagikan :


Muntah sebenarnya bukan merupakan suatu penyakit. Muntah sebenarnya merupakan sebuah gejala yang menandakan adanya penyakit yang mendasari, sebuah mekanisme tubuh mengeluarkan paksa isi lambung dari tubuh. Biasanya, muntah disebabkan oleh infeksi, keracunan makanan atau alergi. Muntah pada anak dapat menyebabkan dehidrasi bila terlalu banyak cairan yang keluar dari tubuhnya, sehingga anak perlu mendapat penanganan yang tepat.

 

Cara Tepat Menangani Anak yang Muntah

Muntah pada anak dapat terjadi pada usia bayi dan anak-anak. Muntah bisa terjadi tanpa diikuti gejala lain, atau disertai dengan gejala lainnya seperti diare, kembung, sakit kepala, hingga batuk dan pilek. Jika buah hati Anda mengalami muntah-muntah, berikut ini beberapa cara menangani muntah yang bisa Anda lakukan

1. Jangan panik

Setiap orang tua tentu merasa panik ketika melihat si kecil muntah. Namun karena muntah tidak selalu mengindikasikan masalah yang berbahaya, sebaiknya orang tua tetap tenang dan tidak panik. Bantu anak untuk memuntahkan makanannya hingga tuntas. Jika anak masih bayi, bantu untuk menegakkan kepalanya agar muntahan bayi tidak menghalangi saluran pernapasan dan menyebabkan tersedak.

2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan

Muntah yang terjadi berkali-kali dapat menyebabkan anak mengalami dehidrasi. Dehidrasi atau hilangnya cairan dalam jumlah yang signifikan dapat menyebabkan anak lemas, terjadi ketidakseimbangan elektrolit, sampai gagal ginjal akut. Untuk mencegahnya, Anda dapat memberikan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang.

Pada bayi, Anda bisa memberikan oralit dan ASI setelah anak muntah. Sedangkan pada anak-anak, selain memberikan oralit, Anda juga bisa memberinya minuman seperti jus atau olahan jahe. Minuman tersebut bukan hanya berfungsi sebagai sumber cairan namun juga membantu meredakan mual dan muntah.

3. Tingkatkan jumlah asupan cairan

Jika dalam 3-4 jam anak tidak muntah, Anda bisa meningkatkan jumlah asupan cairan pada anak. Setelah 8 jam berlalu dan tidak ada muntah, pada bayi, Anda dapat menyusui atau memberikan susu seperti biasa. Sedangkan pada anak yang lebih besar Anda bisa memberinya makanan yang mudah dicerna seperti nasi dengan sup atau biskuit tawar.

4. Beri waktu anak untuk beristirahat

Setelah muntah, anak akan merasa lemas dan tidak bertenaga. Terkadang kondisi ini disertai dengan perut yang tidak nyaman. Untuk itu beri waktu anak untuk beristirahat dan pantai kondisinya selama 24 jam ke depan. Apabila dalam waktu 24 jam frekuensi muntah tidak segera berkurang maka sebaiknya segera periksakan ke dokter.

Pengobatan Alami untuk Mengatasi Muntah

Untuk menangani anak yang muntah, Anda dapat memberikan pengobatan alami seperti minuman olahan jahe hangat. Jahe diketahui mengandung zat yang dapat meredakan mual dan membuat tubuh terasa lebih baik.

Selain minuman, Anda juga dapat memberikan pijatan acupressure untuk meredakan muntah. Caranya, pijat titik yang berada sekitar 2-3 cm dari pergelangan tangan dengan gerakan memutar selama 2-3 menit. Lakukan ini pada kedua tangan secara bergantian hingga perut terasa lebih baik. Untuk membuat suasana lebih tenang, Anda juga dapat menggunakan aromaterapi beraroma peppermint, lemon, jahe, cengkeh, atau lavender.


Muntah pada anak umumnya disebabkan oleh keracunan makanan atau infeksi. Biasanya, kondisi ini akan membaik setelah beberapa hari tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan. Namun segera periksakan anak ke dokter jika kondisi anak tidak segera membaik, frekuensi muntah tidak berkurang atau muncul tanda-tanda berikut, seperti:

  • Tanda dehidrasi seperti mulut kering, mata cekung, frekuensi atau jumlah buang air kecil berkurang
  • Perut kembung atau terasa tegang
  • Muntah berwarna kehijauan atau bergumpal merah kecoklatan seperti bubuk kopi
  • Mulai sulit dibangunkan atau sangat tidak bertenaga

 

Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 09:50